EFEKTIFITAS TINDAKAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP
TINGKAT KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI
DI RS
MARDI RAHAYU KUDUS
Maria Dwi Damayanti
ABSTRACT
Background : Immobilization patients need help from other
person to fulfill physical need including taking care of shelf or personal
hygiene. Nurses should have willingness
in giving personal hygiene treatment to
get the result that can satisfy the patient.
Therefore, knowing the information of patient satisfaction is absolutely
needed..
Objective of Research : The research is aimed to identify the
effectiveness of Personal Hygiene toward satisfy level of immobilization
patients and to identify the difference of satisfaction level of immobilization
patient in Mardi Rahayu Hospital.
Method Of Research
: this research is pre-experiment with
pre post design without control group approach.
The subjects of this research were immobilization patients treated in
Mardi Rahayu Hospital of 30
respondents. The data were collected
using questionnaires of patient satisfaction
given to the respondents before and after treatment in Personal hygiene. Data analysis use t-pair test.
Result of Research
: the result of research shows that
there is a significant difference before
and after personal hygiene treatment in immobilization patient, with pv =
0.0001
Suggestion : Nurses must be responsive to fulfill all
personal hygiene requirement and do the appropriate patient’s Standard
Operational Procedure in serving immobilization patient to improve satisfaction
level.
Key words :
satisfaction level, immobilization patient, personal hygiene
ABSTRAK
Latar
Belakang: Pasien imobilisasi memerlukan
bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan fisiknya, termasuk dalam hal perawatan diri atau personal hygiene Perawat dalam memberikan pelayanan personal
hygiene harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai dapat memuaskan
pasien. Oleh sebab itu informasi
kepuasan pasien mutlak untuk diketahui
Tujuan
Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas tindakan
personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien imobilisasi serta
mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasaan pasien imobilisasi di Rumah Sakit
Mardi Rahayu
Metode
Penelitian: jenis penelitian ini adalah pre eksperiment dengan pendekatan prepost design without control group. Subyek dalam penelitian ini
adalah pasien imobilisasi yang dirawat di rumah sakit Mardi Rahayu, dengan
jumlah 30 responden, pengumpulan data mengunakan instrumen kuesioner kepuasaan
pasien.yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
personal hygiene.Analisa data mengunakan
uji t berpasangan.
Hasil
Penelitian: menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah
tindakan personal hygiene pada pasien imobilisasi dengan pv =0.0001 .
Saran:
Perawat cepat tanggap dalam memenuhi setiap kebutuhan personal hygiene dan
melaksanakan sesuai Standart Operational
Procedure pada pasien imobilisasi agar tingkat kepuasan pasien meningkat
Kata
kunci : tingkat kepuasan, pasien imobilisasi. personal hygiene.
PENDAHULUAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Hal ini bermakna dalam pemberian asuhan
keperawatan profesional kepada masyarakat sesuai dengan kaidah keperawatan
sebagai profesi. Karakteristik profesi salah satunya berorentasi pada pelayanan
mengunakan keahlian demi pemenuhan kebutuhan pasien termasuk pemenuhan
kebutuhan dasar.
Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan
keperawatan. Bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan
ada satu atau beberapa kebutuhan dasar pasien yang akan terganggu. Kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi kebutuhan fisik,
psikologis dan sosial. Kebutuhan fisik harus dipenuhi lebih dahulu karena
merupakan kebutuhan yang terbesar meliputi
nutrisi, istirahat, oksigen, eliminasi, kegiatan seksual, oleh karena
itu perawat harus memiliki kemampuan dan pengetahuan cara pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, dengan memantau dan mengikuti perkembangan kemampuan pasien
dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
dasar terutama pasien imobilisasi.
Pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam memenuhi
kebutuhan fisik, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Imobilisasi didefinisikan secara luas sebagai
tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal. Mobilitas sendiri adalah pergerakan yang
memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas
berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas adalah pusat untuk
berpartisipasi dalam dan menikmati kehidupan. Ada beberapa pasien yang harus tinggal di
tempat tidur untuk periode waktu lama. Imobilisasi yang lama berdampak negatif
yaitu mempengaruhi kulit secara langsung dan beberapa organ tubuh lainnya. Kemampuan pasien dan tujuan pengobatan
harus tetap diingat apabila tingkat aktifitas dari setiap pasien sudah
terbentuk. Oleh sebab itu
perawat harus menemukan cara untuk meningkatkan aktivitas yang tepat untuk
pasien, sehingga tingkat
kemandirian pasien dalam memenuhan kebutuhannya meningkat terutama kebutuhan
perawatan diri,
Perawatan diri sebagai suatu aktivitas kehidupan sehari
hari dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fisik. Pada pasien imobilisasi kebutuhan fisik tidak
dapat terpenuhi tanpa bantuan perawat.
Jika perawat mengambil alih tugas tersebut perawat harus menjalin
hubungan terapeutik dengan pasien agar terjalin hubungan saling percaya supaya
perawat semakin memahami kebutuhan pasien imobilisasi. Kebutuhan dasar pasien imobilisasi tergantung
dari tingkat imobilisasi pasien. Di Rumah
Sakit Mardi Rahayu ada pasien yang mengalami imobilisasi atau diimobilisasikan
total dari bulan januari sampai agustus 2009 karena penyakit stroke total
pasien 200, fraktur femur total pasien 81, pasien AMI 80 orang. yang memerlukan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene. jumlah pasien selama 3 bulan
terakhir berturut turut sebagai berikut bulan juni pasien AMI 10 orang, pasien
stroke 23 orang, pasien fraktur femur 11 orang.
Pada bulan juli 2009, pasien AMI 8 orang, pasien stroke 37 orang, pasien
fraktur femur 14 orang. Pada bulan
Agustus pasien AMI 12 orang, pasien stroke 21 orang, pasien fraktu femur 9
orang.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Melihat hal itu personal hygiene diartikan sebagai
hygiene perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk
mencapai kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku,
gigi, gusi dan membersihkan daerah genital. Jika seseorang sakit, biasanya masalah
kesehatan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena mengganggap masalah
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut kurang diperhatikan
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum terutama pasien imobilisasi.
Pasien imobilisasi tergantung pada perawat dalam
kebutuhan merawat diri, maka sebagai perawat dalam memberikan tindakan personal
hygiene, perawat harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai
memuaskan. Kepuasaan adalah persepsi
terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan, karena itu pasien tidak
akan puas apabila pasien mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi.
Pasien akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan.
Maka informasi tingkat kepuasaan pasien mutlak diperlukan. Pengukuran tingkat
kepuasaan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi
pemimpin, agar pemimpin rumah
sakit dapat melakukan perbaikan karena tanpa perbaikan atau koreksi pengukuran
tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermanfaat. Walaupun penilaian tingkat kepuasaan pasien
bersifat subyektif dan relatif, namun demikian bisa dijadikan sebagai alat
pengendali atau kontrol atas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Dengan kata
lain di bidang keperawatan perlu meningkatkan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
Peningkatan asuhan keperawatan perlu dilakukan karena
tuntutan masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan semakin meningkat,
sehingga perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan meningkatkan
pemberian layanan asuhan keperawatan yang baik, profesional dan bermutu
sehingga memberikan kepuasan bagi pasien, khususnya pasien imobilisasi sebagai
penerima jasa layanan perawatan personal hygiene.
Untuk mengetahui keefektifan pelayanan yang diberikan
kepada pasien imobilisasi di RS Mardi Rahayu dilakukan dengan cara mencari tahu
tentang pengaruh tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien.
Dengan meningkatnya kepuasan pasien akan mempengaruhi kualitas RS Mardi Rahayu
dan memberi motivasi kepada perawat untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan.
Pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam memenuhi
kebutuhan merawat diri, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri. maka perawat memberikan
tindakan personal hygiene. Data di rumah
sakit Mardi Rahayu Kudus jumlah pasien imobilisasi dari bulan januari sampai agustus 2009 pasien
stroke berjumlah 200 orang, pasien fraktur femur ada 81 orang, dan pasien AMI
ada 80 orang yang harus mendapatkan pelayanan personal hygiene oleh perawat ,
berdasarkan wawancara dari 4 pasien imobilisasi perawat sudah memandikan,
membantu menggosok gigi. Menyisir rambut dan ada 1 yang sudah dibantu mencuci
rambut oleh perawat, tetapi pasien kurang puas karena tidak mampu melakukan
sendiri,kurang bersih dan kadang tergesa-gesa .Dalam melakukan tindakan
personal hygiene tersebut perawat harus sesuai standar dan dapat meningkatkan
kepuasan pasien, karena personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi, termasuk bagi pasien imobilisasi Untuk mengetahui tingkat
kepuasan pasien maka perlu dilakukan penelitian bagaimana pengaruh tindakan personal hygiene pada
pasien imobilisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
tingkat kepuasan pasien imobilisasi terhadap tindakan personal hygiene di Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus dan mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasaan
pasien imobilisasi sebelum dan setelah dilakukan tindakan personal hygiene di
Rumah Sakit Mardi Rahayu.
METODE
Jenis penelitian ini adalah pre eksperiment dengan pendekatan prepost design without control group, dengan memberikan instrumen
penelitian yang berupa kuesioner sebelum dan sesudah perlakuan tindakan
personal hygiene sesuai Standart
Operational Procedure. hasil penelitian hanya mengambil 30 sampel.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengedarkan satu kuesioner kepada
responden sebelum tindakan personal hygiene dan sesudah dilakukan tindakan
personal hygiene oleh perawat. Kuesioner untuk menilai pelayanan keperawatan
secara menyeluruh tentang tindakan personal hygiene sehingga mengetahui tingkat
kepuasaan pasien imobilisasi. Responden diharapkan menjawab 15 pertanyaan
positif dalam kuesioner yang telah disiapkan memberi tanda (Ö ) pada kotak yang tersedia dengan skor 1 sampai dengan
10, dimana 0 menandakan sangat tidak puas dan 10 menandakan sangat puas, Untuk
tindakan personal hygiene perawat harus melakukan sesuai dengan standard operational procedure/SOP. Waktu
uji coba dengan pasien berjumlah 15 orang setiap tindakan personal hygiene 90
menit dengan memperhatikan komunikasi dan
keadaan pasien istirahat 15 untuk mengisi kuesioner. Uji validitas
menggunakan rumus korelasi product moment
oleh Pearson,
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Demografi
Berdasarkan
hasil penelitian usia responden, persentasi umur 20-40 tahun (usia dewasa awal)
20% sedangkan persentase umur 40-65 tahun (usia dewasa pertengahan) 80%. Data pendidikan responden mayoritas
akademi/sarjana yakni 40%. Pendidikan
responden terndah adalah SLTP yakni sebesar 13.13%.
Pada pertumbuhan fisik
dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa ini ditandai dengan perubahan fisik
misalnya tumbuhnya bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan
reproduksi. Hal ini yang menandai adanya
transisi fisik dan puncak perkembangan fisik.
Pada puncak kemampuan fisik ini tubuh cepat memulihkan diri ketika
mengalami cidera atau kelelahan, sehingga resiko immobilisasi lebih rendah dibandingkan dengan usia dewasa
pertengahan.
Di usia dewasa
pertengahan memiliki tugas menerima dan meyesuaikan diri terhadap perubahan
fisik dan fisiologis. Timbul
gejala-gejala penuaan antara lain
kerut-kerutan, kulit mulai keriput dan kering, nampak uban pada rambut
serta fungsi mata menurun, jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan,
regenerasi jaringan otot melambat, massa tulang kontinyu mencapai puncak pada
usia 31-35 tahun setelah itu akan menurun karena berkurangnya aktifitas
osteoblas. Pada jantung elastisitas
dinding aorta menurun, pada wanita terjadi menopause dan penurunan fungsi tubuh
yang lainnya. Dari hal tersebut resiko
immobilisasi lebih tinggi, imobilitas dapat membuat sesorang menjadi tergantung,
semakin besar jumlah penyebab imobilitas semakin besar potensian untuk
mengalami dampak negatif imobilitas.
Pendidikan yang semakin tinggi memberikan
peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pola
makan dan pola hidup seseorang (life
style). Makan merupakan kebutuhan
penting, tidak saja bagi penyediaan energi untuk tubuh kita, tetapi juga
merupakan kebutuhan penting bagi kesehatan daan kelangsungan hidup. Pola makan yang cenderung instant, dan
berkalori tinggi disertai pola hidup yang kurang aktifitas. meningkatnya pervalensi kanker, jantung dan
stroke juga tidak terlepas dari pola makan yang tidak sehat. Penyakit-penyakit tersebut beresiko
menyebabkan terjadinya imobilisasi pada penderita. Pada
penelitian ini sebagian besar responden berpendidikan tinggi yakni lulus
akademi/sarjana 40% dan tamat SLTA 30%.
B. Tingkat Kepuasaan Pasien
Imobilisasi Sebelum Dilakukan Tindakan Personal Hygiene.
Hasil tingkat kepuasaan pasien sebelum dilakukan tindakan
personal hygiene di Rumah Sakit Mardi Rahayu
adalah mean 87.1667, median 88.5714, standar deviasi 10.62555.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. dengan melihat
hal ini ada enam tujuan Personal hygiene yaitu meningkatkan derajad kesehatan
seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene
yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa
percaya diri. Jika pelaksanaan personal
hygiene belum maksimal maka selain menurunkan tingkat kepuasan pasien, juga
dapat mempengaruhi kesehatan pasien.
Pasien imobilisasi merupakan individu yang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya, maka pasien
memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Disini diperlukan
kesadaran perawat untuk bersikap lebih perhatian, lebih aktif. Sebab personal
hygiene sering dianggap persoalan yang sepele, padahal hal ini juga
mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang, oleh sebab itu perawat harus
selalu memotivasi pasien untuk mau
dibantu kebutuhan personal hygienenya.
Selain perawat perlu memiliki pengetahuan akan dampak negatif
imobilisasi. Misalnya, dampak
negatif pada kulit. Hal ini dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan kulit dengan mandi, massage dengan lotion dan merubah posisi tidur
secara berkala.
Dari data
kepuasan pasien sebelum dilakukan tindakan personal hygiene nilai mean yaitu 87.1667,
nilai median 88.5714, nilai standar
deviasi 10.62555. Hal ini menunjukkan pelaksanaan personal hygiene belum
maksimal karena tindakan personal hygiene yang sesuai dengan Standart Operational Procedure dan
dilakukan dengan perhatian (caring)
memerlukan waktu yang cukup lama. Dari
hasil penelitian, diketahui waktu yang digunakan sekitar 90 menit untuk 1 orang. Dalam kondisi jumlah
pasien yang banyak kondisi ini tidak mungkin dilakukan sebab membutuhkan waktu
yang cukup lama atau dilakukan namun tidak sesuai prosedur, karena perawat akan melakukan tindakan keperawatan
yang lebih utama.
C. Tingkat Kepuasaan Pasien Imobilisasi Setelah Dilakukan Tindakan Personal
Hygiene.
Hasil pengujian menunjukan tingkat kepuasaan pasien
sesudah dilakukan tindakan personal hygiene di Rumah Sakit Mardi Rahayu mempunyai nilai mean 129.733, median 130.0000, standar deviasi 8.03412.
Kepuasan pasien merupakan tujuan pelayanan
kesehatan. Manfaat pelayanan terbaik
bagi pasien adalah pasien merasa puas dan interaksi positif. Kebutuhan
dan keinginan pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas adalah aset yang berharga
karena itu perlu perbaikan atau kesempurnan pelayanan keperawatan. Seperti dalam teori strategi kepuasan pasien
haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan
pasien. Kegagalan rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan, 70% adalah karena faktor non
human, sedangkan teknologi dan sistem hanya memberikan konstribusi sekitar 30%.
Oleh karena itu rumah sakit berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dengan memperhatikan attitude
karyawan dalam hal ini perawat yang memberikan pelayanan personal hygiene,
selain itu juga harus memperhatikan aspek mutu atau kualitas pelayanan
meliputi keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti langsung.
Hasil penelitian tingkat kepuasan pasien imobilisasi dengan membagikan kuesioner setelah dilakukan
tindakan personal hygiene dan diisi 30 responden yang sama, mendapat hasil
dengan nilai mean yaitu 129.733, median
130.0000, standar deviasi 8.03412, hal ini menunjukan kepuasaan pasien lebih
baik dibandingkan sebelum tindakan personal hygiene. dikarenakan dalam
melakukan tindakan personal hygiene dilakukan sesuai standar prosedur tetapi
juga memperhatikan ketanggapan dan perhatian perawat terhadap kebutuhan pasien
imobilisasi.
Pasien merasa puas atas pelayanan personal
hygiene yang diberikan seperti menjelaskan
tujuan, prosedur, bersikap ramah dan sopan, memperhatikan privacy pasien dan cepat
tanggap atas keluhan pasien. Hal ini
tidak lepas dari dukungan fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit serta
pengetahuan, ketrampilan dan jumlah tenaga perawat, tetapi pencapaian kepuasan pelayanan personal hygiene bisa menjadi
subyektif pada masing-masing pasien
tergantung pada setiap harapan dan kondisi pasien yang berbeda-beda.
D. Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien
imobilisasi sebelum dan setelah Dilakukan Tindakan Personal Hygiene.
Hasil penelitian dengan analisis t-test dapat diketahui bahwa nilai mean -42.5667
standar deviasi 12.63461 nilai t hitung adalah sebesar t = -18.453 sedangkan nilai pv adalah 0.0001. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat
kepuasan pasien imobilisasi antara sebelum dan setelah dilakukan tindakan
personal hygiene sesuai prosedur.
Personal hygiene suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Disini pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam
memenuhi kebutuhan fisik terutama personal hygiene. Imobilisasi sendiri adalah
ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment ( gangguan pada alat/ organ
tubuh ) yang bersifat fisik atau mental. Oleh karena itu perawat harus mempunyai
keinginan membantu dan memenuhi kebutuhan pasien imobilisasi dalam hal menyisir
rambut, mencuci rambut, membersihkan mata, membersihkan hidung, membersihkan
telinga, memotong kuku kaki dan tangan, memandikan, membersihkan genetalia dan
menggosok gigi.
Kebutuhan
personal hygiene tersebut membantu mengurangi dampak negatif imobilisasi karena
ketidakaktifan pasien di tempat tidur yang berkepanjangan sangat
berbahaya, bagi seluruh organ tubuh.
Maka selain perlu melatih rentan gerak, mengubah posisi tidur, memperhatikan
balance cairan, dan tanda-tanda vital, perawat juga memperhatikan personal
hygiene. Dengan cara menjelaskan tentang pentingnya personal hygiene dan
membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene pasien imobilisasi dengan
memperhatikan Standart Operational
Procedure tanpa mengabaikan keinginan pasien. Misalnya saat perawat
memandikan, pasien ingin buang air kecil terlebih dahulu, maka perawat perlu
membantu pasien buang air kecil terlebih dahulu baru memandikan pasien.
. Setelah dilakukan tindakan personal hygiene sesuai Standart Operational Procedure yang
memperhatikan kebutuhan masing-masing pasien, dengan cara komunikasi yang
efektif saat melakukan tindakan personal hygiene, serta memperhatikan keramahan
, kesopanan, menjaga privasi pasien dan cepat tanggap terhadap keinginan
pasien, maka kepuasan pasien secara umum meningkat. Selain itu pelaksanaan
personal hygiene akan membuat pasien merasa lebih nyaman, lebih bersih dan
lebih segar. Hal ini meningkatkan rasa
percaya diri dalam berinteraksi sosial pada waktu keluarga atau teman
menjenguk.
Mutu pelayanan keperawatan sangat tergantung antara lain
kecukupan tenaga, kualitas tenaga, jumlah pasien, dan tuntutan pasien. Kelemahan pelaksaan personal hygiene antara
lain membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga terkadang tidak dapat
dilakukan dengan baik, karena perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang
lain, kondisi ini juga disebabkan jumlah tenaga yang kurang. Oleh sebab itu
jumlah tenaga yang ada harus dimaksimalkan.
Selain itu peningkatan kualitas perawat dapat dilakukan secara internal
dalam rapat rutin bulanan. Pada rapat
tersebut mencoba membahas dan mereview kembali tindakan personal hygiene dan
kendalanya. Sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan lebih baik.
Kalemahan lain adalah kurang dimanfaatkannya sarana yang ada, selain itu sarana
untuk mencuci rambut masih kurang, karena sering kali saat mencuci rambut
pasien tempat tidur pasien menjadi basah sehingga pasien menjadi tidak
nyaman.
Peningkatan asuhan keperawatan pada pasien imobilisasi
dilakukan juga karena tuntutan pasien sebagai penerima layanan kesehatan
semakin meningkat sehingga perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan
meningkatkan pemberian layanan asuhan keperawatan yang profesional agar
memberikan kepuasan bagi pasien imobilisasi sebagai penerima jasa layanan
perawatan personal hygiene. Adanya
perbedaan tingkat kepuasan pasien
setelah dan sebelum dilakukan tindakan personal hygiene ditunjukkan dengan
nilai pv 0.0001.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tingkat kepuasaan pasien imobilisasi
sebelum dilakukan tindakan personal hygiene dari 30 responden diperoleh nilai mean 87.1667, tingkat kepuasaan pasien
imobilisasi setelah dilakukan tindakan personal hygiene sesuai dengan prosedur
tindakan diperoleh mean 129.733 serta adanya perbedaan antara tingkat kepuasan
pasien imobilisasi dengan uji t, nilai hitung adalah sebesar -18.453 dan nilai pv = 0.0001
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusnanto. Pengantar Profesi
dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. 2003
2. Tarwoto dan Wartonah.
Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika. 2003.
3. Barbara R. dan Ester. Asisten Keperawatan
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Edisi 6. Jakarta: EGC. 2000.
4. Mickey S dan Patricia G. Buku Ajar
Keperawatan Gerontologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2002
5. PJM Stevens. F Bordui. WE Vander. GI
Almekinders. J Caris. J AG Vander. Ilmu Keperawatan . Edisi 2. Jilid 1.
Jakarta: EGC. 1999.
6. Askep
Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri. Maret 2009.http:// nurse rusari.
Com/.
7. Chistine Hancock. Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta: EGC. 1999.
8. Handi Irawan. 10 Prinsip Kepuasaan
Pelanggan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2002.
9. J. Supratno. Pengukuran Tingkat Kepuasaan
Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1996.
11. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mobilitas. http://Jarum suntik.com/.
12. Joseph J,
William Reichel. dan Lillian M . Buku Saku Gerontologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
1998.
13. Agung. Konsep Personal Hygiene. Juni 2009. htpp://
keperawatan –agung. Blogspot.com/.
14. Siti. Czeresna dan Tribudi. Pedoman Praktis
Perawatan Kesehatan Untuk Pengasuh Orang Usia Lanjut. Edisi 1. Jakarta: FKUI.
2000.
15. Eni Kusyati,
dkk. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC. 2006.
16. Eni, Retno,
Mustaida, Yunani, Aswaidi, Achmad, Nur fauziyah.Keterampilan dan Prosedur
Keperawatan Dasar. Semarang: Kilat Press. 2003.
17. Setiadi.
Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Yokyakarta: Graha Ilmu. 2007.
18. Suharsimi Arikunto. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi 1V. Yokyakarta: Rineka Cipta. 1997.
19. A. Aziz Alimul H. Riset
Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. 2003.
20. Nursalam
. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. 2003.
21. Setiyo Purwanto. Kualitas
Pelayanan Keperawatan. Desember 2007. http;//klinis.wordpress.com/.
22. Singgih Santoso. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan
SPSS 14. Jakarta; PT Elex Media
Komputindo. 2006.
23. J Supranto. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2001.
24. Nuggie. Santrock Memandang Perkembangan Dewasa. April 2009.
http://rawapening.wordpress.com/2009/04/16/santrock-memandang-perkenbangan-dewasa/
25. Siti Khadijah Nasution. Meningkatkan Status Kesehatan Melalui
Pendidikan Kesehatan dan Penerapan Pola Hidup Sehat. 2004.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-siti%20khadijah.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar