Selasa, 03 Januari 2012

EFEKTIFITAS TINDAKAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI


EFEKTIFITAS  TINDAKAN PERSONAL HYGIENE  TERHADAP
 TINGKAT KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI
DI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Maria Dwi Damayanti


ABSTRACT

 Background :  Immobilization patients need help from other person to fulfill physical need including taking care of shelf or personal hygiene.  Nurses should have willingness in  giving personal hygiene treatment to get the result that can satisfy the patient.  Therefore, knowing the information of patient satisfaction is absolutely needed..
Objective of Research :  The research is aimed to identify the effectiveness of Personal Hygiene toward satisfy level of immobilization patients and to identify the difference of satisfaction level of immobilization patient in Mardi Rahayu Hospital.
Method Of Research :  this research is pre-experiment with pre post design without control group approach.  The subjects of this research were immobilization patients treated in Mardi Rahayu  Hospital of 30 respondents.  The data were collected using  questionnaires of patient satisfaction given to the respondents before and after treatment in Personal hygiene.  Data analysis use t-pair test.
Result of Research :  the result of research shows that there is  a significant difference before and after personal hygiene treatment in immobilization patient, with pv = 0.0001
Suggestion :  Nurses must be responsive to fulfill all personal hygiene requirement and do the appropriate patient’s Standard Operational Procedure in serving immobilization patient to improve satisfaction level.

Key words  :  satisfaction level, immobilization patient, personal hygiene

ABSTRAK
Latar Belakang:  Pasien imobilisasi memerlukan bantuan  orang lain dalam memenuhi kebutuhan fisiknya, termasuk dalam hal perawatan diri atau personal hygiene  Perawat dalam memberikan pelayanan personal hygiene harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai dapat memuaskan pasien.  Oleh sebab itu informasi kepuasan pasien mutlak untuk diketahui
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien imobilisasi serta mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasaan pasien imobilisasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Metode Penelitian:  jenis penelitian ini adalah pre eksperiment dengan pendekatan prepost design without control group. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien imobilisasi yang dirawat di rumah sakit Mardi Rahayu, dengan jumlah 30 responden, pengumpulan data mengunakan instrumen kuesioner kepuasaan pasien.yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah dilakukan tindakan personal hygiene.Analisa data mengunakan  uji t berpasangan.
Hasil Penelitian: menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah tindakan personal hygiene pada pasien imobilisasi dengan pv =0.0001 .
Saran: Perawat cepat tanggap dalam memenuhi setiap kebutuhan personal hygiene dan melaksanakan sesuai Standart Operational Procedure pada pasien imobilisasi agar tingkat kepuasan pasien meningkat

Kata kunci : tingkat kepuasan, pasien imobilisasi. personal hygiene.

PENDAHULUAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.  Hal ini bermakna dalam pemberian asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat sesuai dengan kaidah keperawatan sebagai profesi. Karakteristik profesi salah satunya berorentasi pada pelayanan mengunakan keahlian demi pemenuhan kebutuhan pasien termasuk pemenuhan kebutuhan dasar.
Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasar pasien yang akan terganggu.  Kebutuhan dasar  manusia dibagi menjadi kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. Kebutuhan fisik harus dipenuhi lebih dahulu karena merupakan kebutuhan yang terbesar meliputi  nutrisi, istirahat, oksigen, eliminasi, kegiatan seksual, oleh karena itu perawat harus memiliki kemampuan dan pengetahuan cara pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan memantau dan mengikuti perkembangan kemampuan pasien dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama pasien imobilisasi.
Pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan fisik, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.  Imobilisasi didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal.  Mobilitas sendiri adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas adalah pusat untuk berpartisipasi dalam dan menikmati kehidupan.  Ada beberapa pasien yang harus tinggal di tempat tidur untuk periode waktu lama. Imobilisasi yang lama berdampak negatif yaitu mempengaruhi kulit secara langsung dan beberapa organ tubuh lainnya. Kemampuan pasien dan tujuan pengobatan harus tetap diingat apabila tingkat aktifitas dari setiap pasien sudah terbentuk.  Oleh sebab itu perawat harus menemukan cara untuk meningkatkan aktivitas yang tepat untuk pasien,   sehingga tingkat kemandirian  pasien dalam memenuhan  kebutuhannya meningkat terutama kebutuhan perawatan diri,
Perawatan diri sebagai suatu aktivitas kehidupan sehari hari dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fisik.  Pada pasien imobilisasi kebutuhan fisik tidak dapat terpenuhi tanpa bantuan perawat.  Jika perawat mengambil alih tugas tersebut perawat harus menjalin hubungan terapeutik dengan pasien agar terjalin hubungan saling percaya supaya perawat semakin memahami kebutuhan pasien imobilisasi.  Kebutuhan dasar pasien imobilisasi tergantung dari tingkat imobilisasi pasien.  Di Rumah Sakit Mardi Rahayu ada pasien yang mengalami imobilisasi atau diimobilisasikan total dari bulan januari sampai agustus 2009 karena penyakit stroke total pasien 200, fraktur femur total pasien 81, pasien AMI 80 orang. yang memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene. jumlah pasien selama 3 bulan terakhir berturut turut sebagai berikut bulan juni pasien AMI 10 orang, pasien stroke 23 orang, pasien fraktur femur 11 orang.  Pada bulan juli 2009, pasien AMI 8 orang, pasien stroke 37 orang, pasien fraktur femur 14 orang.  Pada bulan Agustus pasien AMI 12 orang, pasien stroke 21 orang, pasien fraktu femur 9 orang.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Melihat hal itu personal hygiene diartikan sebagai hygiene perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk mencapai kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku, gigi, gusi dan membersihkan daerah genital.  Jika seseorang sakit, biasanya masalah kesehatan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena mengganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum terutama pasien imobilisasi.
Pasien imobilisasi tergantung pada perawat dalam kebutuhan merawat diri, maka sebagai perawat dalam memberikan tindakan personal hygiene, perawat harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai memuaskan.  Kepuasaan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan, karena itu pasien tidak akan puas apabila pasien mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Pasien akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Maka informasi tingkat kepuasaan pasien mutlak diperlukan. Pengukuran tingkat kepuasaan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa).  Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pemimpin,  agar pemimpin rumah sakit dapat melakukan perbaikan karena tanpa perbaikan atau koreksi pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermanfaat.  Walaupun penilaian tingkat kepuasaan pasien bersifat subyektif dan relatif, namun demikian bisa dijadikan sebagai alat pengendali atau kontrol atas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Dengan kata lain di bidang keperawatan perlu meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas. 
Peningkatan asuhan keperawatan perlu dilakukan karena tuntutan masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan semakin meningkat, sehingga perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan meningkatkan pemberian layanan asuhan keperawatan yang baik, profesional dan bermutu sehingga memberikan kepuasan bagi pasien, khususnya pasien imobilisasi sebagai penerima jasa layanan perawatan personal hygiene.
Untuk mengetahui keefektifan pelayanan yang diberikan kepada pasien imobilisasi di RS Mardi Rahayu dilakukan dengan cara mencari tahu tentang pengaruh tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien. Dengan meningkatnya kepuasan pasien akan mempengaruhi kualitas RS Mardi Rahayu dan memberi motivasi kepada perawat untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan.
Pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan merawat diri, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. maka  perawat memberikan tindakan personal hygiene.  Data di rumah sakit Mardi Rahayu Kudus jumlah pasien imobilisasi  dari bulan januari sampai agustus 2009 pasien stroke berjumlah 200 orang, pasien fraktur femur ada 81 orang, dan pasien AMI ada 80 orang yang harus mendapatkan pelayanan personal hygiene oleh perawat , berdasarkan wawancara dari 4 pasien imobilisasi perawat sudah memandikan, membantu menggosok gigi. Menyisir rambut dan ada 1 yang sudah dibantu mencuci rambut oleh perawat, tetapi pasien kurang puas karena tidak mampu melakukan sendiri,kurang bersih dan kadang tergesa-gesa .Dalam melakukan tindakan personal hygiene tersebut perawat harus sesuai standar dan dapat meningkatkan kepuasan pasien, karena personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, termasuk bagi pasien imobilisasi Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien maka perlu dilakukan penelitian bagaimana  pengaruh tindakan personal hygiene pada pasien imobilisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas tingkat kepuasan pasien imobilisasi terhadap tindakan personal hygiene di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dan mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasaan pasien imobilisasi sebelum dan setelah dilakukan tindakan personal hygiene di Rumah Sakit Mardi Rahayu.
METODE
Jenis penelitian ini adalah pre eksperiment dengan pendekatan prepost design without control group, dengan memberikan instrumen penelitian yang berupa kuesioner sebelum dan sesudah perlakuan tindakan personal hygiene sesuai Standart Operational Procedure. hasil penelitian hanya mengambil 30 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengedarkan satu kuesioner kepada responden sebelum tindakan personal hygiene dan sesudah dilakukan tindakan personal hygiene oleh perawat. Kuesioner untuk menilai pelayanan keperawatan secara menyeluruh tentang tindakan personal hygiene sehingga mengetahui tingkat kepuasaan pasien imobilisasi. Responden diharapkan menjawab 15 pertanyaan positif dalam kuesioner yang telah disiapkan memberi tanda (Ö ) pada kotak yang tersedia dengan skor 1 sampai dengan 10, dimana 0 menandakan sangat tidak puas dan 10 menandakan sangat puas, Untuk tindakan personal hygiene perawat harus melakukan sesuai dengan standard operational procedure/SOP. Waktu uji coba dengan pasien berjumlah 15 orang setiap tindakan personal hygiene 90 menit dengan memperhatikan komunikasi dan  keadaan pasien istirahat 15 untuk mengisi kuesioner. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment oleh Pearson,

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Data Demografi
Berdasarkan hasil penelitian usia responden, persentasi umur 20-40 tahun (usia dewasa awal) 20% sedangkan persentase umur 40-65 tahun (usia dewasa pertengahan) 80%.  Data pendidikan responden mayoritas akademi/sarjana yakni 40%.  Pendidikan responden terndah adalah SLTP yakni sebesar 13.13%.
Pada pertumbuhan fisik dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua.  Pada masa ini ditandai dengan perubahan fisik misalnya tumbuhnya bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal ini  yang menandai adanya transisi fisik dan puncak perkembangan fisik.  Pada puncak kemampuan fisik ini tubuh cepat memulihkan diri ketika mengalami cidera atau kelelahan, sehingga resiko immobilisasi lebih  rendah dibandingkan dengan usia dewasa pertengahan.
      Di usia dewasa pertengahan memiliki tugas menerima dan meyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis.  Timbul gejala-gejala penuaan antara lain  kerut-kerutan, kulit mulai keriput dan kering, nampak uban pada rambut serta fungsi mata menurun, jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan, regenerasi jaringan otot melambat, massa tulang kontinyu mencapai puncak pada usia 31-35 tahun setelah itu akan menurun karena berkurangnya aktifitas osteoblas.  Pada jantung elastisitas dinding aorta menurun, pada wanita terjadi menopause dan penurunan fungsi tubuh yang lainnya.   Dari hal tersebut resiko immobilisasi lebih tinggi, imobilitas dapat membuat sesorang menjadi tergantung, semakin besar jumlah penyebab imobilitas semakin besar potensian untuk mengalami dampak negatif imobilitas.
  Pendidikan yang semakin tinggi memberikan peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik.  Hal ini dapat menyebabkan perubahan pola makan dan pola hidup seseorang (life style).  Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi penyediaan energi untuk tubuh kita, tetapi juga merupakan kebutuhan penting bagi kesehatan daan kelangsungan hidup.  Pola makan yang cenderung instant, dan berkalori tinggi disertai pola hidup yang kurang aktifitas.  meningkatnya pervalensi kanker, jantung dan stroke juga tidak terlepas dari pola makan yang tidak sehat.  Penyakit-penyakit tersebut beresiko menyebabkan terjadinya imobilisasi pada penderita.  Pada  penelitian ini sebagian besar responden berpendidikan tinggi yakni lulus akademi/sarjana 40% dan tamat SLTA 30%. 
B.  Tingkat Kepuasaan Pasien Imobilisasi Sebelum Dilakukan Tindakan Personal Hygiene.
Hasil tingkat kepuasaan pasien sebelum dilakukan tindakan personal hygiene di Rumah Sakit Mardi Rahayu  adalah  mean 87.1667,  median 88.5714,  standar deviasi 10.62555.
      Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.  dengan melihat hal ini ada enam tujuan Personal hygiene yaitu meningkatkan derajad kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.  Jika pelaksanaan personal hygiene belum maksimal maka selain menurunkan tingkat kepuasan pasien, juga dapat mempengaruhi kesehatan pasien.
       Pasien imobilisasi merupakan individu yang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya, maka pasien memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Disini diperlukan kesadaran perawat untuk bersikap lebih perhatian, lebih aktif. Sebab personal hygiene sering dianggap persoalan yang sepele, padahal hal ini juga mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang, oleh sebab itu perawat harus selalu memotivasi pasien untuk mau  dibantu kebutuhan personal hygienenya.  Selain perawat perlu memiliki pengetahuan akan dampak negatif imobilisasi. Misalnya,  dampak negatif  pada kulit.  Hal ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan kulit dengan mandi, massage dengan lotion dan merubah posisi tidur secara berkala.
        Dari data kepuasan pasien sebelum dilakukan tindakan personal hygiene  nilai mean yaitu 87.1667, nilai median  88.5714, nilai standar deviasi 10.62555. Hal ini menunjukkan pelaksanaan personal hygiene belum maksimal karena tindakan personal hygiene yang sesuai dengan Standart Operational Procedure dan dilakukan dengan perhatian (caring) memerlukan waktu yang cukup lama.  Dari hasil penelitian, diketahui waktu yang digunakan sekitar 90  menit untuk 1 orang. Dalam kondisi jumlah pasien yang banyak kondisi ini tidak mungkin dilakukan sebab membutuhkan waktu yang cukup lama atau dilakukan namun tidak sesuai prosedur, karena  perawat akan melakukan tindakan keperawatan yang lebih utama.
     
C. Tingkat Kepuasaan Pasien Imobilisasi Setelah Dilakukan Tindakan Personal Hygiene.
      Hasil pengujian menunjukan tingkat kepuasaan pasien sesudah dilakukan tindakan personal hygiene di Rumah Sakit Mardi Rahayu  mempunyai nilai mean 129.733,  median 130.0000,  standar deviasi 8.03412.
Kepuasan pasien merupakan tujuan pelayanan kesehatan.  Manfaat pelayanan terbaik bagi pasien adalah pasien merasa puas dan interaksi positif.  Kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien.  Pasien yang puas adalah aset yang berharga karena itu perlu perbaikan atau kesempurnan pelayanan keperawatan.  Seperti dalam teori strategi kepuasan pasien haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan pasien.  Kegagalan rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan, 70% adalah karena faktor non human, sedangkan teknologi dan sistem hanya memberikan konstribusi sekitar 30%. Oleh karena itu rumah sakit berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperhatikan attitude karyawan dalam hal ini perawat yang memberikan pelayanan personal hygiene, selain itu juga harus memperhatikan aspek mutu atau kualitas pelayanan meliputi keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti langsung.  
Hasil penelitian tingkat kepuasan pasien imobilisasi  dengan membagikan kuesioner setelah dilakukan tindakan personal hygiene dan diisi 30 responden yang sama, mendapat hasil dengan  nilai mean yaitu 129.733, median 130.0000, standar deviasi 8.03412, hal ini menunjukan kepuasaan pasien lebih baik dibandingkan sebelum tindakan personal hygiene. dikarenakan dalam melakukan tindakan personal hygiene dilakukan sesuai standar prosedur tetapi juga memperhatikan ketanggapan dan perhatian perawat terhadap kebutuhan pasien imobilisasi.
  Pasien merasa puas atas pelayanan personal hygiene yang diberikan seperti  menjelaskan tujuan, prosedur, bersikap ramah dan sopan, memperhatikan privacy pasien  dan cepat tanggap atas keluhan pasien.  Hal ini tidak lepas dari dukungan fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit serta pengetahuan, ketrampilan dan jumlah tenaga perawat, tetapi  pencapaian kepuasan  pelayanan personal hygiene bisa menjadi subyektif pada masing-masing pasien  tergantung pada setiap harapan dan kondisi pasien yang berbeda-beda.
D.  Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien imobilisasi sebelum dan setelah Dilakukan Tindakan Personal Hygiene.
Hasil penelitian dengan analisis t-test dapat diketahui bahwa nilai mean -42.5667 standar deviasi 12.63461 nilai t hitung adalah sebesar t = -18.453 sedangkan nilai pv adalah 0.0001.  Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat kepuasan pasien imobilisasi antara sebelum dan setelah dilakukan tindakan personal hygiene sesuai prosedur.
Personal hygiene suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.  Disini pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan fisik terutama personal hygiene. Imobilisasi sendiri adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment ( gangguan pada alat/ organ tubuh ) yang bersifat fisik atau mental.  Oleh karena itu perawat harus mempunyai keinginan membantu dan memenuhi kebutuhan pasien imobilisasi dalam hal menyisir rambut, mencuci rambut, membersihkan mata, membersihkan hidung, membersihkan telinga, memotong kuku kaki dan tangan, memandikan, membersihkan genetalia dan menggosok gigi.
      Kebutuhan personal hygiene tersebut membantu mengurangi dampak negatif imobilisasi karena ketidakaktifan pasien di tempat tidur yang berkepanjangan sangat berbahaya,  bagi seluruh organ tubuh. Maka selain perlu melatih rentan gerak, mengubah posisi tidur, memperhatikan balance cairan, dan tanda-tanda vital, perawat juga memperhatikan personal hygiene. Dengan cara menjelaskan tentang pentingnya personal hygiene dan membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene pasien imobilisasi dengan memperhatikan Standart Operational Procedure tanpa mengabaikan keinginan pasien. Misalnya saat perawat memandikan, pasien ingin buang air kecil terlebih dahulu, maka perawat perlu membantu pasien buang air kecil terlebih dahulu baru memandikan pasien.
            . Setelah dilakukan tindakan personal hygiene sesuai Standart Operational Procedure yang memperhatikan kebutuhan masing-masing pasien, dengan cara komunikasi yang efektif saat melakukan tindakan personal hygiene, serta memperhatikan keramahan , kesopanan, menjaga privasi pasien dan cepat tanggap terhadap keinginan pasien, maka kepuasan pasien secara umum meningkat. Selain itu pelaksanaan personal hygiene akan membuat pasien merasa lebih nyaman, lebih bersih dan lebih segar.  Hal ini meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial pada waktu keluarga atau teman menjenguk. 
            Mutu pelayanan keperawatan sangat tergantung antara lain kecukupan tenaga, kualitas tenaga, jumlah pasien, dan tuntutan pasien.  Kelemahan pelaksaan personal hygiene antara lain membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga terkadang tidak dapat dilakukan dengan baik, karena perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang lain, kondisi ini juga disebabkan jumlah tenaga yang kurang. Oleh sebab itu jumlah tenaga yang ada harus dimaksimalkan.  Selain itu peningkatan kualitas perawat dapat dilakukan secara internal dalam rapat rutin bulanan.  Pada rapat tersebut mencoba membahas dan mereview kembali tindakan personal hygiene dan kendalanya. Sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan lebih baik. Kalemahan lain adalah kurang dimanfaatkannya sarana yang ada, selain itu sarana untuk mencuci rambut masih kurang, karena sering kali saat mencuci rambut pasien tempat tidur pasien menjadi basah sehingga pasien menjadi tidak nyaman. 
            Peningkatan asuhan keperawatan pada pasien imobilisasi dilakukan juga karena tuntutan pasien sebagai penerima layanan kesehatan semakin meningkat sehingga perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan meningkatkan pemberian layanan asuhan keperawatan yang profesional agar memberikan kepuasan bagi pasien imobilisasi sebagai penerima jasa layanan perawatan personal hygiene. Adanya perbedaan  tingkat kepuasan pasien setelah dan sebelum dilakukan tindakan personal hygiene ditunjukkan dengan nilai pv 0.0001. 

KESIMPULAN
            Hasil penelitian tingkat kepuasaan pasien imobilisasi sebelum dilakukan tindakan personal hygiene dari  30 responden diperoleh  nilai mean 87.1667, tingkat kepuasaan pasien imobilisasi setelah dilakukan tindakan personal hygiene sesuai dengan prosedur tindakan diperoleh mean 129.733 serta adanya perbedaan antara tingkat kepuasan pasien imobilisasi dengan uji t, nilai hitung adalah sebesar -18.453 dan nilai pv = 0.0001

DAFTAR PUSTAKA
1.      Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. 2003
2.      Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. 2003.
3.      Barbara R. dan Ester. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan  Proses Keperawatan. Edisi 6.  Jakarta: EGC.  2000.
4.      Mickey S dan Patricia G. Buku Ajar Keperawatan Gerontologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2002
5.      PJM Stevens. F Bordui. WE Vander. GI Almekinders. J Caris. J AG Vander. Ilmu Keperawatan . Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: EGC. 1999.
6.      Askep Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri. Maret 2009.http:// nurse rusari. Com/.
7.      Chistine Hancock. Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta: EGC. 1999.
8.      Handi Irawan. 10 Prinsip Kepuasaan Pelanggan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2002.
9.      J. Supratno. Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1996.
10.    Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Desember 2007. http://klinis.wordpess.com/.
11.    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mobilitas. http://Jarum suntik.com/.
12.    Joseph J, William Reichel. dan Lillian M . Buku Saku Gerontologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1998.
13. Agung. Konsep Personal Hygiene. Juni 2009. htpp:// keperawatan –agung. Blogspot.com/.
14.    Siti. Czeresna dan Tribudi. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan Untuk Pengasuh Orang Usia Lanjut. Edisi 1. Jakarta: FKUI. 2000.
15.    Eni Kusyati, dkk. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC. 2006.
16.    Eni, Retno, Mustaida, Yunani, Aswaidi, Achmad, Nur fauziyah.Keterampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. Semarang: Kilat Press. 2003.
17.    Setiadi. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Yokyakarta: Graha Ilmu. 2007.
18.    Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi 1V. Yokyakarta: Rineka Cipta. 1997.
19.  A. Aziz Alimul H. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. 2003.
20.    Nursalam . Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. 2003.
21.    Setiyo Purwanto. Kualitas Pelayanan Keperawatan. Desember 2007. http;//klinis.wordpress.com/.
22.    Singgih Santoso.  Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14.  Jakarta; PT Elex Media Komputindo. 2006.
23.   J Supranto.  Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2.  Edisi 6.  Jakarta: Penerbit Erlangga.  2001.
24. Nuggie.  Santrock Memandang Perkembangan Dewasa.  April 2009.  http://rawapening.wordpress.com/2009/04/16/santrock-memandang-perkenbangan-dewasa/
25.    Siti Khadijah Nasution.  Meningkatkan Status Kesehatan Melalui Pendidikan Kesehatan dan Penerapan Pola Hidup Sehat. 2004. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-siti%20khadijah.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar